I.
JUDUL
MORFOLOGI MIKROBIA
II. TUJUAN
-
Pengamatan makroskopis
: Mempelajari morfologi koloni, karakter pertumbuhan masing-masing jenis kapang
pada medium
-
Pengamatan mikroskopis
: Mengenal ciri-ciri morfologis secara mikroskopis guna membedakan spesies satu
dengan lainnya
III.
DASAR
TEORI
3.1.
Candida Albicans
3.1.1. Pengertian Candida Albicans
Candida albicans adalah spesies cendawan patogen dari golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ
dalam manusia. Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti
telur (ovoid)
atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies C. albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk
seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak
beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan
kolonisasi.
3.1.2.
Dampak Candida bagi Kesehatan
Di dalam tubuh, Candida akan dikontrol oleh bakteri baik agar
tetap berada dalam jumlah yang rendah dan seimbang. Bakteri baik dalam tubuh
akan bekerja dengan cara memakan Candida. Sayangnya, antibiotik, pil pengontrol kehamilan, kortison, alkohol, sebagian besar makanan junk
food, dan kemoterapi akan membunuh bakteri menguntungkan dalam tubuh (probiotik) sehingga menyebabkan jumlah Candida tidak terkendali. Saat
pertumbuhannya berlebihan, Candida akan mengkolonisasi saluran pencernaan,
berubah menjadi jamur, dan membentuk struktur seperti akar yang disebut rizoid.
Struktur rizoid dapat menembus mukosa atau dinding usus, membuat lubang
berukuran mikroskopik, dan menyebabkan racun, partikel makanan yang tidak tercerna, serta bakteri dan khamir dapat masuk ke alam aliran darah. Kondisi tersebut disebut sebagai
sindrom kebocoran usus (leaky gut syndrome). Kebocoran pada dinding usus
akan menyebabkan khamir seperti Candida dapat menyebar ke berbagai bagian
tubuh, seperti mulut, sinus, tenggorokan, saluran reproduksi, jantung, dan kulit.
Cendawan ini dapat memproduksi etanol (alkohol) yang memiliki efek intoksifikasi dalam darah bila kadarnya terlalu
tinggi. Etanol tersebut dihasilkan dengan cepat ketika Candida memiliki sumber
makanan berupa gula putih dan beberapa produk tepung lainnya. Di dalam kondisi
yang akut, etanol diproduksi berlebihan hingga liver tidak dapat mengoksidasi dan mengeliminasinya. Selain itu, Candida
juga dapat menyebabkan masalah menstrual dan hipotiroid. Candida dapat
memproduksi hormon estrogen palsu sehingga tubuh menangkap sinyal bahwa produksi estrogen sudah
mencukupi dan harus produksi hormon tersebut dihentikan. Masalah lainnya adalah
pengiriman sinyal ke tiroid yang membuat produksi tiroksin dihentikan.
3.1.3.
Pengobatan
Untuk mengatasi Candida, dapat dilakukan empat hal utama, yaitu
membunuh khamir tersebut, mengurangi atau membatasi penggunaan antibiotik dan
obat imunosupresif, diet atau pengurangan makanan yang dibutuhkan Candida
untuk berkembang, menyembingkan dan meningkatkan sistem imun tubuh dengan
penemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh secara tepat.
Salah satu cara terbaik untuk mengontrol Candida dalam tubuh
melalui diet makanan adalah menghindari konsumsi segala jenis gula, tepung putih (white flour), minuman beralkohol, jamur, acar, makanan hasil fermentasi, kacang kering, keripik kentang, pretzel, junk
food, bacon, daging babi hasil
penggaraman, daging dan segala jenis keju. http://id.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans
3.2. Saccharomyces cereviceae
Saccharomyces
adalah genus dalam kerajaan jamur yang mencakup banyak jenis ragi.
Saccharomyces adalah dari berasal dari bahasa Latin yang berarti gula jamur.
Banyak anggota dari genus ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan.
Salah satu contoh adalah Saccharomyces
cerevisiae, yang digunakan dalam pembuatan anggur, roti, dan bir. Anggota
lain dari genus ini termasuk Saccharomyces bayanus, digunakan dalam pembuatan
anggur, dan Saccharomyces boulardii, digunakan dalam obat-obatan. Koloni dari
Saccharomyces tumbuh pesat dan jatuh tempo dalam 3 hari. Mereka rata, mulus,
basah, glistening atau kuyu, dan cream untuk cream tannish dalam warna.
Ketidakmampuan untuk memanfaatkan nitrat dan kemampuan untuk berbagai
memfermentasi karbohidrat adalah karakteristik khas dari Saccharomyces.
Blastoconidia (sel tunas sisi) yang diamati. Mereka adalah unicellular, bundar,
dan ellipsoid untuk memperpanjang dalam bentuk. Multilateral (multipolar)
budding ciri khasnya. Pseudohyphae, jika ada, yang belum sempurna. Hyphae yang
absen.
Saccharomyces
memproduksi ascospores, khususnya bila tumbuh di V-8 media, asetat ascospor
agar, atau Gorodkowa media. Ascospores ini adalah bundar dan terletak di asci.
Setiap ascus berisi 1-4 ascospores. Asci tidak menimbulkan perpecahan pada saat
jatuh tempo. Ascospores yang berwarna dengan Kinyoun noda dan ascospore noda.
Bila dikotori dengan noda Gram, ascospores adalah gram-negatif sedangkan sel vegetatif
adalah gram positif.
Jamur
Saccharomyces cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama jamur
ragi, telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi. Karena
kemampuannya dalam menghasilkan alkohol inilah, S. cerevisiae disebut sebagai
mikroorganisme aman (Generally Regarded as Safe) yang paling komersial saat
ini. Dengan menghasilkan berbagai minuman beralkohol, mikroorganisme tertua
yang dikembangbiakkan oleh manusia ini memungkinkan terjadinya proses
bioteknologi yang pertama di dunia. Seiring dengan berkembangnya genetika
molekuler, S. cerevisiae juga digunakan untuk menciptakan revolusi terbaru
manusia di bidang rekayasa genetika. S. cerevisiae yang sering mendapat julukan
sebagai super jamur telah menjadi mikroorganisme frontier di berbagai
bioteknologi modern.
Tentu
saja kegunaan mikroorganisme ini pun menjadi semakin penting di dunia industri
fermentasi. Saat ini S. cerevisiae tidak saja digunakan dalam bidang fermentasi
tradisional, tetapi mikroorganisme-mikroorganisme S. cerevisiae baru yang
didapatkan dari riset dan aplikasi bioteknologi telah merambah sektor-sektor
komersial yang penting, termasuk makanan, minuman, biofuel, kimia, industri
enzim, pharmaceutical, agrikultur, dan lingkungan. Di masa depan, terutama
karena krisis energi yang semakin sering terjadi, etanol yang diproduksi oleh
fermentasi jamur ragi ini agaknya akan mendapat perhatian khusus karena
potensinya sebagai biofuel.
S.
cerevisiae adalah jamur bersel tunggal yang telah memahat milestones dalam
kehidupan dunia. Jamur ini merupakan mikroorganisme pertama yang
dikembangbiakkan oleh manusia untuk membuat makanan (sebagai ragi roti, sekitar
100 SM, Romawi kuno) dan minuman (sebagai jamur fermentasi bir dan anggur,
sekitar 7000 SM, di Assyria, Caucasia, Mesopotamia, dan Sumeria). Di Indonesia
sendiri, jamur ini telah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita
dan hingga saat ini kita sendiri menggunakannya dalam pembuatan makanan dan
minuman, seperti tempe, tape, dan tuak.
Di
dunia sains, mikroorganisme ini adalah yang pertama kali diobservasi melalui
mikroskop oleh Bapak Ahli MikrobiologiAntonie van Leewenhoek. Louis Pasteur,
yang terkenal dalam penemuannya mengenai cara pensterilan susu, menggunakannya
sebagai bahan biokimia hidup dalam proses transformasi. Jamur ini juga
digunakan sebagai pabrik tempat pembuatan vaksin hepatitis B rekombinan yang
pertama. Tak hanya itu, S. cerevisiae juga merupakan pabrik enzim makanan
pertama (chymosin, enzim yang digunakan dalam pembuatan keju). Dan tentu saja
penemuan spektakuler dalam memecahkan seluruh sekuens genom S. cerevisiae
merupakan langkah pionir yang menentukan dalam menguak misteri sekuens genom
manusia. Hampir semua teknologi frontier, seperti genomik, proteomik, dan
nanobioteknologi, menggunakan jamur ini sebagai model. Tidak diragukan lagi
bahwa inovasi sains dan teknologi juga akan semakin melaju di bidang
bioekonomi. S. cerevisiae, sebagai model sains dan mikroorganisme komersial
yang populer, akan terus memegang peranan penting di masa depan.
Di
masa depan, S. cerevisiae akan menjadi sel inang yang semakin diperhitungkan
dalam pembuatan low volume, high value produk bioteknologi, seperti enzim,
bahan-bahan kimia, protein terapi, dan produk pharmaceutical lainnya yang
berdaya komersial tinggi. Selain menghasilkan 800.000 ton protein dalam
setahun, telah dihasilkan pula 60 juta ton bir, 30 juta ton anggur, dan 600.000
ton jamur ragi. Tak mengherankan mikroorganisme ini merupakan tulang punggung
dalam produksi empat komoditas fermentasi terbesar di dunia.
Oleh
karena itu, biomass jamur (baik untuk industri makanan manusia dan ternak) dan
produksi tradisional etanol (untuk industri bir, anggur, minuman suling, dan
energi) diperkirakan akan terus menyumbangkan produksi fermentasi terbanyak di
dunia.
Dalam
bidang energi, jamur ragi sebagai pabrik etanol merupakan suatu strategi
alternatif yang telah dikembangkan di beberapa negara, seperti Brasil, Afrika
Selatan, dan Amerika Serikat. Saat ini biomass tanaman adalah sumber biofuel
yang paling banyak dikembangkan karena harganya yang murah dan persediaannya
yang mudah didapat. Sayangnya, salah satu penghambat justru adalah langkanya
low-cost technology dalam pengolahan tanaman menjadi etanol. Tentu saja tidak sembarang
jamur ragi dipakai, melainkan beberapa strain S. cerevisiae yang telah
direkayasa daur metabolismenya secara genetika sehingga dapat menghasilkan
etanol secara efektif dan efisien. Biofuel dalam bentuk etanol merupakan salah
satu harapan masa depan dari superjamur ini. Alasan utama dari penggunaan
etanol adalah sumber energi yang sustainable dan ramah lingkungan serta sangat
menguntungkan secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan (petani).
Seiring
dengan itu, krisis energi dalam bentuk minyak bumi diperkirakan akan terjadi
sehubungan dengan prediksi bahwa produksi minyak dunia akan memuncak dalam
waktu 25 tahun mendatang dan selanjutnya menurun secara drastis.
Bagi
negara-negara yang relatif miskin sumber daya minyak dan pengekspor minyak dunia,
hal ini sangat mengancam kesejahteraan mereka, bahkan dapat mengancam
pertahanan dan keamanan mereka. Oleh karena itu, mereka berpacu dengan waktu
untuk mengembangkan dan mengaplikasikan teknologi baru yang dapat memuluskan
transisi energi oil menuju energi biofuel yang dapat diperbarui. Tentu saja,
bagi negara berkembang seperti Indonesia, pekerjaan rumah yang utama adalah
bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati jamur di Indonesia sehingga dapat
mengembangkan ilmu sekaligus memajukan ekonomi berbasiskan ilmu pengetahuan
ini.
Beberapa
peneliti Indonesia dengan kredibilitas tinggi di beberapa perguruan tinggi dan
lembaga penelitian telah menemukan ratusan jenis jamur, bahkan lebih. Langkah
selanjutnya adalah bagaimana kekayaan ini dimanfaatkan seoptimal mungkin, baik
di bidang sains dasar maupun di bidang bioekonomi. (Zulfadly, 2009)
IV.
METODOLOGI
PENELITIAN
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1. Alat
-
Cawan petri
-
Jarum inokulasi
-
Bunsen
-
Kaca benda
-
Kaca penutup
-
Jarum preparat
4.1.2. Bahan
-
Biakan murni Aspergilus flavus, Candida albicans, dan
Saccharomyces cerevisae
-
Alkohol 70 %
-
Alcohol asam
-
Crystal violet
-
Safranin
-
Kertas tissue
-
Air
4.2.Cara Kerja
a.
Morfologi jamur
benang/kapang (makroskopis)
Memanaskan
media PDA/CDA tegak hingga mencair, kemudian tuang secara aseptic ke dalam petridish
steril, tunggu hingga dingin dan memadat
Memindahkan
sedikit biakan masing-masing spesies kapang di permukaan media
Menginkubasi
selama 4-15 hari pada temperature kamar
Mengamati setiap
hari perubahan pada koloni
Mencatat
semua yang diamati
b.
Membuat slide culture pada biakan Aspergillus
sp.
Menyediakan
cawan petri
Mengalasi cawan
petri dengan tissue yang dibasahi dengan aquades
Pada pinggiran
tissue diberi tusuk gigi
Meletakkan kaca
benda diatas tusuk gigi pada cawan petri tersebut
Mengambil biakan
Aspergillus sp. dengan jarum
inokulasi dan menggoreskan biakan tersebut pada pinggiran kaca benda kemudian
tutup dengan kaca penutup
Mengamati
dan mencatat
c.
Pengamatan jamur benang/kapang
(mikroskopis)
Membersihkan gelas
objek dan kaca penutup dengan alcohol 70%, kemudian teteskan beberapa larutan
laktofenol/laktofenol cotton blue diatas permukaan gelas objek
Mengambil
sedikit koloni dari biakan dengan jarum inokulasi , meletakkan pada larutan
laktofenol dan uraikan dengan jarum preparat
Menutup dengan
kaca penutup
Mengamati
dibawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat
Mencatat
dan menggambar semua yang diamati
d.
Pengecatan spora khamir
Mensuspensikan
biakan murni khamir dalam aquades steril, mengambil dengan ose lalu ratakan
skitar 1 cm
Mengeringkan,
lalu fiksasi dengan lampu Bunsen 5-7 kalidiatas api
Menetesi noda
biakan dengan cat aniline crystal violet dan panasi selama 3 menit, jaga jangan
sampai kering.
Mencuci dengan
air mengalir
Melarutkan
dengan alcohol asam
Mencuci dengan
air mengalir
Menetesi dengan
safranin selama 5-10 detik
Mencuci dengan
air mengalir
Mengamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran dari lemah ke kuat
Menggambar
dan beri keterangan lengkap sel
V.
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan tentang “Morfologi Mikrobia” yang
bertujuan untuk mempelajari morfologi koloni, karakter pertumbuhan pada
masing masing jenis kapang pada medium dan mengenal ciri-ciri morfologi secara makroskopis
dan mikroskopis guna membedakan
spesies satu dengan lainnya. Adapun jamur yang
digunakan dalam praktikum kali ini ada 3 macam, yaitu Aspergillus flavus, Candida albicans, dan Saccharomyes cerevisiae. Dalam praktikum ini ada beberapa tahap,
yaitu penanaman biakan jamur ke dalam medium padat, pembuatan slide kultur pada
Aspergillus flavus dan pewarnaan pada
Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans.
Langkah
awal yang dilakukan adalah penanaman jamur. Penanaman jamur dilakukan dengan
memindahkan koloni jamur dari biakan murni yang berada pada medium agar miring
ke dalam medium cawan dengan menggunakan ose. Perlu diperhatikan bahwa
penanaman jamur ini harus dilakukan dalam keadaan steril. Sebelum dilakukan
penanaman, meja di sekitar harus disemprot dengan alcohol dan diberi Bunsen
agar tidak terkontaminan. Selain itu, dalam melakukan penanaman harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak mengenai diri sendiri. Hal ini karena, salah satu
jamur tersebut ada yang merugikan yaitu jamur Candida albicans yang bisa menyebabkan keputihan.
Setelah
melakukan penanaman biakan jamur, hasil biakan tersebut harus diinkubasi selama
3 hari dalam suhu kamar. Kemudian diamati perubahan yang terjadi pada koloni
tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut :
-
Pada Aspergillus flavus kelompok 1, terlihat
garis-garis zig-zag hijau yang menunjukkan alur pertumbuhan fungi Aspergillus
flavus. Alur pertumbuhan tersebut terlihat beraturan dan terdapat koloni spora
serta miselium. Warna koloni adalah hijau kekuningan.
-
Pada Aspergillus flavus kelompok 2, dapat
dilihat bahwa alur pertumbuhan fungi tidak beraturan. Selain itu, kemungkinan
pada jamur kelompok 2 ini engalami
kontaminasi.
-
Pada Candida albicans kelompok 3, terlihat
bahwa biakan jamur Candida albicans
berwarna putih. Alur pertumbuhannya terlihat jelas.
-
Pada Candida albicans kelompok 4, alur
pertumbuhannya juga terlihat jelas. Namun tampak adanya kontaminasi yang
ditunjukkan dengan adanya koloni berwarna hitam. Kontaminasi tersebut dapat
terjadi dikarenakan kurang sterilnya tempat atau alat dan pada saat proses
penanaman terdapat spora asing yang ikut masuk atau menempel pada medium pada
saat proses penanaman berlangsung.
-
Pada Saccharomyces cerevisiae kelompok 5,
tampak adanya titik-titik putih yang menunjukkan alur pertumbuhan
-
Pada Saccharomyces cerevisiae kelompok 6,
alur pertumbuhan juga nampak jelas. Namun, di tepi-tepi nampak adanya
kontaminasi berupa benang-benang.
Setelah
dilakukan pengamatan, langkah selanjutnya yaitu melakukan pewarnaan pada jamur Candida albicans dan Saccharomyces cerevisiae. Sedangkan pada
Aspergillus flavus hanya dilakukan
penanamn slide kultur.
Disiapkan sebuah
cawan Petri steril yang di dalamnya diberi kertas saring steril yang dipotong
bundar dan telah dilembabkan dengan menggunakan akuades steril untuk menjaga
kelembaban kultur dalam cawan Petri. Pada cawan Petri tersebut disimpantusuk
gigi penahan, dan di atas batang penahan tersebut diletakkan sebuah objek gelas
steril beserta penutupnya. Ambil sedikit koloni pada petridish dengan
menggunakan ose dan oleskan pada gelas objek. Kemudian, fungi diinkubasi pada
keempat blok agar dan ditutup oleh gelas penutup steril Setelah beberapa hari
diinkubasi dalam suhu kamar, sllide dapat diamati dengan menggunakan mikroskop
pada perbesaran rendah sampai tinggi, lalu diidentifikasi.
Hasil pengamatan
slide kultur jamur Aspergillus flavus
pada kelompok 1 menunjukkan adanya konidiofor tak berwarna dari jamur. Selain
itu, juga kasar dan bagian atas agak membulat serta konidia kasar dengan
bermacam-macam warna. Begitu pula pada hasil pengamatan kelompok 2 dengan jamur
yang sama, menunjukkan hasil bahwakonidiofor dari jamur tak berwarna, kasar,
bagian atas agak membulat serta konidia kasar dengan bermacam-macam warna.
Selanjutnya,
untuk pewarnaan jamur Candida albicans
dan Saccharomyces cerevisiae dilakukan
dalam beberapa tahap. Langkah pertama yaitu mengambil satu ose biakan jamur
yang ada di medium cawan petri dan diratakan di atas kaca benda. Kemudian
dikering anginkan dan difiksasi dengan Bunsen. Hal ini bertujuan agar biakan
jamur melekat pada preparat. Langkah selanjutnya yaitu menetesi kaca benda
dengan larutan cat anylin crystal violet. Larutan ini memberikan warna ungu.
Kemudian memanaskan kaca benda yg telah ditetesi larutan tersebut diatas
Bunsen. Setelah itu dicuci dengan air mengalir. Kemudian ditambahkan lagi
dengan larutan cat safranin dan biarkan hingga 10-15 detik. Lalu kembali dicuci
dengan air mengalir. Pencucian dengan air ini untuk menghilangkan kelebihan
larutan yang tidak dapat diserap oleh biakan jamur. kemudian, biakan jamur yang
telah diwarnai tersebut diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil
pengamatan dari kelompok 3 dengan menggunakan jamur Candida albicans, menunjukkan bahwa biakan Candida albicans berwarna bulat merah agak lonjong dan antara sel
jamur yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan hingga membentuk seperti
untaian. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana menyebutkan bahwa Candida
albicans merupakan jamur
dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh
dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi
blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Sedangkan
hasil pengamatan dari kelompok 4 menunjukkan bahwa Candida albicans mempunyai
morfologi bulat lonjong dan berwarna merah dan juga antara sel jamur yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan hingga membentuk seperti untaian.
Berdasarkan
hasil pengamatan dari kelompok 5 dengan menggunakan jamur Saccharomyces cereviseae, menunjukkan bahwa tampak morfologi
Saccharomyces cereviceae berwarna merah karena pewarnaan dan bulat agak lonjong
dengan
pertumbuhan sel yang membentuk koloni atau menyendiri. Bentuk khamir dapat
sperikal sampai ovoid, kadang dapat membentuk miselium semu. Sedangkan hasil
pengamatan dari kelompok 6 dengan jamur yang sama menunjukkan hasil yaitu fungi
menjadi berwarna merah dan tampak morfologi jamur yang bulat dan agak lonjong
membentuk koloni atau menyendiri. Saccharomyces
cereviceae termasuk dalam golongan
fungi yang dibedakan bentuknya dari mould (kapang) karena berbentuk uniseluler.
Yeast adalah salah satu mikroorganisme yang termasuk dalam golongan fungi
yang dibedakan bentuknya dari mould (kapang) karena berbentuk
uniseluler. Reproduksi vegetatif pada khamir terutama dengan cara pertunasan.
Sebagai sel tunggal yeast tumbuh dan berkembang biak lebih cepat
dibanding dengan mould yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Yeast
sangat mudah dibedakan dengan mikroorganisme yang lain misalnya dengan bakteri,
yeast mempunyai ukuran sel yang lebih besar dan morfologi yang
berbeda. Sedangkan dengan protozoa, yeast mempunyai dinding
sel yang lebih kuat serta tidak melakukan fotosintesis bila dibandingkan dengan
ganggang atau algae. Dibandingkan dengan kapang dalam pemecahan bahan
komponen kimia yeast lebih efektif memecahnya dan lebih luas permukaan
serta volume hasilnya lebih banyak.
VII.KESIMPULAN
1. Pengamatan
mikroskopis pada :
-
Aspergillus flavus
: terlihat garis garis zig-zag hijau yang menunjukkan alur pertumbuhan fungi
dan beraturan setelah dilakukan penanaman kultur terlihat bahwa terdapat koloni
spora dan miselium seperti yang di ketahui
bahwa diketahui jamur ini memilki warna koloni corak kuning hijau atau kuning
abu-abu
-
Candida albicans
: biakan jamur Candida
albicans berwarna putih dan adanya kontaminasi. Hal ini di ketahui dari adanya
koloni berwarna hitam bulat besar di bagian samping koloni , kontaminasi ini
dapat terjadi dikarenakan kurang sterilnya tempat atau alat dan pada saat
proses penanaman
-
Saccharomyces
cereviceae : Terlihat
titik titik putih yang menunjukkan alur pertumbuhan dari jamur dan terdapat
kontaminasi dengan adanya bercak hitam kecil di antara koloni jamur.
Kontaminasi ini dapat terjadi dikarenakan kurang sterilnya tempat atau alat dan
pada saat proses penanaman terdapat spora asing yang ikut masuk atau menempel
pada medium pada saat proses penanaman berlangsung.
2. Pengamatn mikroskopis pada jamur
-
Aspergillus
flavus : konidiofor
dari jamur tak berwarna, kasar, bagian atas agak membulat serta konidia kasar
dengan bermacam-macam warna.
-
Candida
albicans : berwarna
bulat merah agak lonjong dan antara sel jmaur yang satu dan yang lainnya saling
berhubungan hingga membentuk seperti untaian.
-
Saccharomyces
cereviceae : tampak
morfologi fungi yang bulat dan agak lonjong membentuk koloni atau menyendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,
D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1993.
Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia : Jakarta.
Tim Dosen Mikologi. 2011. Petunjuk
Praktikum Mikologi. Jember : Universitas Jember.
Volk, Wesley A dan Margareth F.
Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Wesky- Publishing Company. New York
Zulfadly. 2009. Jamur Ragi Saccharomyces cerevisiae
[serial online] http://zhulmaycry.blogspot.com/2009/08/jamur-ragi-saccharomyces-cerevisiae.html
[13 November 2011]
http://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces_cerevisiae
[13 November 2011]