Selasa, 02 Oktober 2012

MORFOLOGI MIKROBIA


I.         JUDUL
MORFOLOGI MIKROBIA

II.      TUJUAN
-       Pengamatan makroskopis : Mempelajari morfologi koloni, karakter pertumbuhan masing-masing jenis kapang pada medium
-       Pengamatan mikroskopis : Mengenal ciri-ciri morfologis secara mikroskopis guna membedakan spesies satu dengan lainnya

III.   DASAR TEORI
3.1.       Candida Albicans
3.1.1.      Pengertian Candida Albicans
Candida albicans adalah spesies cendawan patogen dari golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies C. albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi.
3.1.2.      Dampak Candida bagi Kesehatan
Di dalam tubuh, Candida akan dikontrol oleh bakteri baik agar tetap berada dalam jumlah yang rendah dan seimbang. Bakteri baik dalam tubuh akan bekerja dengan cara memakan Candida. Sayangnya, antibiotik, pil pengontrol kehamilan, kortison, alkohol, sebagian besar makanan junk food, dan kemoterapi akan membunuh bakteri menguntungkan dalam tubuh (probiotik) sehingga menyebabkan jumlah Candida tidak terkendali. Saat pertumbuhannya berlebihan, Candida akan mengkolonisasi saluran pencernaan, berubah menjadi jamur, dan membentuk struktur seperti akar yang disebut rizoid. Struktur rizoid dapat menembus mukosa atau dinding usus, membuat lubang berukuran mikroskopik, dan menyebabkan racun, partikel makanan yang tidak tercerna, serta bakteri dan khamir dapat masuk ke alam aliran darah. Kondisi tersebut disebut sebagai sindrom kebocoran usus (leaky gut syndrome). Kebocoran pada dinding usus akan menyebabkan khamir seperti Candida dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh, seperti mulut, sinus, tenggorokan, saluran reproduksi, jantung, dan kulit.
Cendawan ini dapat memproduksi etanol (alkohol) yang memiliki efek intoksifikasi dalam darah bila kadarnya terlalu tinggi. Etanol tersebut dihasilkan dengan cepat ketika Candida memiliki sumber makanan berupa gula putih dan beberapa produk tepung lainnya. Di dalam kondisi yang akut, etanol diproduksi berlebihan hingga liver tidak dapat mengoksidasi dan mengeliminasinya. Selain itu, Candida juga dapat menyebabkan masalah menstrual dan hipotiroid. Candida dapat memproduksi hormon estrogen palsu sehingga tubuh menangkap sinyal bahwa produksi estrogen sudah mencukupi dan harus produksi hormon tersebut dihentikan. Masalah lainnya adalah pengiriman sinyal ke tiroid yang membuat produksi tiroksin dihentikan.
3.1.3.      Pengobatan
Untuk mengatasi Candida, dapat dilakukan empat hal utama, yaitu membunuh khamir tersebut, mengurangi atau membatasi penggunaan antibiotik dan obat imunosupresif, diet atau pengurangan makanan yang dibutuhkan Candida untuk berkembang, menyembingkan dan meningkatkan sistem imun tubuh dengan penemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh secara tepat.
Salah satu cara terbaik untuk mengontrol Candida dalam tubuh melalui diet makanan adalah menghindari konsumsi segala jenis gula, tepung putih (white flour), minuman beralkohol, jamur, acar, makanan hasil fermentasi, kacang kering, keripik kentang, pretzel, junk food, bacon, daging babi hasil penggaraman, daging dan segala jenis keju. http://id.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans

3.2.       Saccharomyces cereviceae
Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang mencakup banyak jenis ragi. Saccharomyces adalah dari berasal dari bahasa Latin yang berarti gula jamur. Banyak anggota dari genus ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan. Salah satu contoh adalah Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan dalam pembuatan anggur, roti, dan bir. Anggota lain dari genus ini termasuk Saccharomyces bayanus, digunakan dalam pembuatan anggur, dan Saccharomyces boulardii, digunakan dalam obat-obatan. Koloni dari Saccharomyces tumbuh pesat dan jatuh tempo dalam 3 hari. Mereka rata, mulus, basah, glistening atau kuyu, dan cream untuk cream tannish dalam warna. Ketidakmampuan untuk memanfaatkan nitrat dan kemampuan untuk berbagai memfermentasi karbohidrat adalah karakteristik khas dari Saccharomyces. Blastoconidia (sel tunas sisi) yang diamati. Mereka adalah unicellular, bundar, dan ellipsoid untuk memperpanjang dalam bentuk. Multilateral (multipolar) budding ciri khasnya. Pseudohyphae, jika ada, yang belum sempurna. Hyphae yang absen.
Saccharomyces memproduksi ascospores, khususnya bila tumbuh di V-8 media, asetat ascospor agar, atau Gorodkowa media. Ascospores ini adalah bundar dan terletak di asci. Setiap ascus berisi 1-4 ascospores. Asci tidak menimbulkan perpecahan pada saat jatuh tempo. Ascospores yang berwarna dengan Kinyoun noda dan ascospore noda. Bila dikotori dengan noda Gram, ascospores adalah gram-negatif sedangkan sel vegetatif adalah gram positif.
Jamur Saccharomyces cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama jamur ragi, telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi. Karena kemampuannya dalam menghasilkan alkohol inilah, S. cerevisiae disebut sebagai mikroorganisme aman (Generally Regarded as Safe) yang paling komersial saat ini. Dengan menghasilkan berbagai minuman beralkohol, mikroorganisme tertua yang dikembangbiakkan oleh manusia ini memungkinkan terjadinya proses bioteknologi yang pertama di dunia. Seiring dengan berkembangnya genetika molekuler, S. cerevisiae juga digunakan untuk menciptakan revolusi terbaru manusia di bidang rekayasa genetika. S. cerevisiae yang sering mendapat julukan sebagai super jamur telah menjadi mikroorganisme frontier di berbagai bioteknologi modern.
Tentu saja kegunaan mikroorganisme ini pun menjadi semakin penting di dunia industri fermentasi. Saat ini S. cerevisiae tidak saja digunakan dalam bidang fermentasi tradisional, tetapi mikroorganisme-mikroorganisme S. cerevisiae baru yang didapatkan dari riset dan aplikasi bioteknologi telah merambah sektor-sektor komersial yang penting, termasuk makanan, minuman, biofuel, kimia, industri enzim, pharmaceutical, agrikultur, dan lingkungan. Di masa depan, terutama karena krisis energi yang semakin sering terjadi, etanol yang diproduksi oleh fermentasi jamur ragi ini agaknya akan mendapat perhatian khusus karena potensinya sebagai biofuel.
S. cerevisiae adalah jamur bersel tunggal yang telah memahat milestones dalam kehidupan dunia. Jamur ini merupakan mikroorganisme pertama yang dikembangbiakkan oleh manusia untuk membuat makanan (sebagai ragi roti, sekitar 100 SM, Romawi kuno) dan minuman (sebagai jamur fermentasi bir dan anggur, sekitar 7000 SM, di Assyria, Caucasia, Mesopotamia, dan Sumeria). Di Indonesia sendiri, jamur ini telah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita dan hingga saat ini kita sendiri menggunakannya dalam pembuatan makanan dan minuman, seperti tempe, tape, dan tuak.
Di dunia sains, mikroorganisme ini adalah yang pertama kali diobservasi melalui mikroskop oleh Bapak Ahli MikrobiologiAntonie van Leewenhoek. Louis Pasteur, yang terkenal dalam penemuannya mengenai cara pensterilan susu, menggunakannya sebagai bahan biokimia hidup dalam proses transformasi. Jamur ini juga digunakan sebagai pabrik tempat pembuatan vaksin hepatitis B rekombinan yang pertama. Tak hanya itu, S. cerevisiae juga merupakan pabrik enzim makanan pertama (chymosin, enzim yang digunakan dalam pembuatan keju). Dan tentu saja penemuan spektakuler dalam memecahkan seluruh sekuens genom S. cerevisiae merupakan langkah pionir yang menentukan dalam menguak misteri sekuens genom manusia. Hampir semua teknologi frontier, seperti genomik, proteomik, dan nanobioteknologi, menggunakan jamur ini sebagai model. Tidak diragukan lagi bahwa inovasi sains dan teknologi juga akan semakin melaju di bidang bioekonomi. S. cerevisiae, sebagai model sains dan mikroorganisme komersial yang populer, akan terus memegang peranan penting di masa depan.
Di masa depan, S. cerevisiae akan menjadi sel inang yang semakin diperhitungkan dalam pembuatan low volume, high value produk bioteknologi, seperti enzim, bahan-bahan kimia, protein terapi, dan produk pharmaceutical lainnya yang berdaya komersial tinggi. Selain menghasilkan 800.000 ton protein dalam setahun, telah dihasilkan pula 60 juta ton bir, 30 juta ton anggur, dan 600.000 ton jamur ragi. Tak mengherankan mikroorganisme ini merupakan tulang punggung dalam produksi empat komoditas fermentasi terbesar di dunia.
Oleh karena itu, biomass jamur (baik untuk industri makanan manusia dan ternak) dan produksi tradisional etanol (untuk industri bir, anggur, minuman suling, dan energi) diperkirakan akan terus menyumbangkan produksi fermentasi terbanyak di dunia.
Dalam bidang energi, jamur ragi sebagai pabrik etanol merupakan suatu strategi alternatif yang telah dikembangkan di beberapa negara, seperti Brasil, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Saat ini biomass tanaman adalah sumber biofuel yang paling banyak dikembangkan karena harganya yang murah dan persediaannya yang mudah didapat. Sayangnya, salah satu penghambat justru adalah langkanya low-cost technology dalam pengolahan tanaman menjadi etanol. Tentu saja tidak sembarang jamur ragi dipakai, melainkan beberapa strain S. cerevisiae yang telah direkayasa daur metabolismenya secara genetika sehingga dapat menghasilkan etanol secara efektif dan efisien. Biofuel dalam bentuk etanol merupakan salah satu harapan masa depan dari superjamur ini. Alasan utama dari penggunaan etanol adalah sumber energi yang sustainable dan ramah lingkungan serta sangat menguntungkan secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan (petani).
Seiring dengan itu, krisis energi dalam bentuk minyak bumi diperkirakan akan terjadi sehubungan dengan prediksi bahwa produksi minyak dunia akan memuncak dalam waktu 25 tahun mendatang dan selanjutnya menurun secara drastis.
Bagi negara-negara yang relatif miskin sumber daya minyak dan pengekspor minyak dunia, hal ini sangat mengancam kesejahteraan mereka, bahkan dapat mengancam pertahanan dan keamanan mereka. Oleh karena itu, mereka berpacu dengan waktu untuk mengembangkan dan mengaplikasikan teknologi baru yang dapat memuluskan transisi energi oil menuju energi biofuel yang dapat diperbarui. Tentu saja, bagi negara berkembang seperti Indonesia, pekerjaan rumah yang utama adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati jamur di Indonesia sehingga dapat mengembangkan ilmu sekaligus memajukan ekonomi berbasiskan ilmu pengetahuan ini.
Beberapa peneliti Indonesia dengan kredibilitas tinggi di beberapa perguruan tinggi dan lembaga penelitian telah menemukan ratusan jenis jamur, bahkan lebih. Langkah selanjutnya adalah bagaimana kekayaan ini dimanfaatkan seoptimal mungkin, baik di bidang sains dasar maupun di bidang bioekonomi. (Zulfadly, 2009)

IV.   METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1.      Alat
-       Cawan petri
-       Jarum inokulasi
-       Bunsen
-       Kaca benda
-       Kaca penutup
-       Jarum preparat
4.1.2.      Bahan
-       Biakan murni Aspergilus flavus, Candida albicans, dan Saccharomyces cerevisae
-       Alkohol 70 %
-       Alcohol asam
-       Crystal violet
-       Safranin
-       Kertas tissue
-       Air

4.2.Cara Kerja
a.      Morfologi jamur benang/kapang (makroskopis)

Memanaskan media PDA/CDA tegak hingga mencair, kemudian tuang secara aseptic ke dalam petridish steril, tunggu hingga dingin dan memadat
 

Memindahkan sedikit biakan masing-masing spesies kapang di permukaan media

Menginkubasi selama 4-15 hari pada temperature kamar

Mengamati setiap hari perubahan pada koloni

Mencatat semua yang diamati

b. Membuat slide culture pada biakan Aspergillus sp.

Menyediakan cawan petri

Mengalasi cawan petri dengan tissue yang dibasahi dengan aquades

Pada pinggiran tissue diberi tusuk gigi

Meletakkan kaca benda diatas tusuk gigi pada cawan petri tersebut

Mengambil biakan Aspergillus sp. dengan jarum inokulasi dan menggoreskan biakan tersebut pada pinggiran kaca benda kemudian tutup dengan kaca penutup

Mengamati dan mencatat

c. Pengamatan jamur benang/kapang (mikroskopis)
Membersihkan gelas objek dan kaca penutup dengan alcohol 70%, kemudian teteskan beberapa larutan laktofenol/laktofenol cotton blue diatas permukaan gelas objek

Mengambil sedikit koloni dari biakan dengan jarum inokulasi , meletakkan pada larutan laktofenol dan uraikan dengan jarum preparat


Menutup dengan kaca penutup

Mengamati dibawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat

Mencatat dan menggambar semua yang diamati

d. Pengecatan spora khamir

Mensuspensikan biakan murni khamir dalam aquades steril, mengambil dengan ose lalu ratakan skitar 1 cm

Mengeringkan, lalu fiksasi dengan lampu Bunsen 5-7 kalidiatas api

Menetesi noda biakan dengan cat aniline crystal violet dan panasi selama 3 menit, jaga jangan sampai kering.

Mencuci dengan air mengalir

Melarutkan dengan alcohol asam

Mencuci dengan air mengalir

Menetesi dengan safranin selama 5-10 detik

Mencuci dengan air mengalir

Mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran dari lemah ke kuat

Menggambar dan beri keterangan lengkap sel
 
V.   PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan tentang “Morfologi Mikrobia” yang bertujuan untuk mempelajari morfologi koloni, karakter pertumbuhan pada masing masing jenis kapang pada medium dan mengenal ciri-ciri morfologi secara makroskopis dan mikroskopis guna membedakan spesies satu dengan lainnya. Adapun jamur yang digunakan dalam praktikum kali ini ada 3 macam, yaitu Aspergillus flavus, Candida albicans, dan Saccharomyes cerevisiae. Dalam praktikum ini ada beberapa tahap, yaitu penanaman biakan jamur ke dalam medium padat, pembuatan slide kultur pada Aspergillus flavus dan pewarnaan pada Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans.
Langkah awal yang dilakukan adalah penanaman jamur. Penanaman jamur dilakukan dengan memindahkan koloni jamur dari biakan murni yang berada pada medium agar miring ke dalam medium cawan dengan menggunakan ose. Perlu diperhatikan bahwa penanaman jamur ini harus dilakukan dalam keadaan steril. Sebelum dilakukan penanaman, meja di sekitar harus disemprot dengan alcohol dan diberi Bunsen agar tidak terkontaminan. Selain itu, dalam melakukan penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai diri sendiri. Hal ini karena, salah satu jamur tersebut ada yang merugikan yaitu jamur Candida albicans yang bisa menyebabkan keputihan.
Setelah melakukan penanaman biakan jamur, hasil biakan tersebut harus diinkubasi selama 3 hari dalam suhu kamar. Kemudian diamati perubahan yang terjadi pada koloni tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut :
-       Pada Aspergillus flavus kelompok 1, terlihat garis-garis zig-zag hijau yang menunjukkan alur pertumbuhan fungi Aspergillus flavus. Alur pertumbuhan tersebut terlihat beraturan dan terdapat koloni spora serta miselium. Warna koloni adalah hijau kekuningan.
-       Pada Aspergillus flavus kelompok 2, dapat dilihat bahwa alur pertumbuhan fungi tidak beraturan. Selain itu, kemungkinan pada jamur kelompok 2 ini  engalami kontaminasi.
-       Pada Candida albicans kelompok 3, terlihat bahwa biakan jamur Candida albicans berwarna putih. Alur pertumbuhannya terlihat jelas.
-       Pada Candida albicans kelompok 4, alur pertumbuhannya juga terlihat jelas. Namun tampak adanya kontaminasi yang ditunjukkan dengan adanya koloni berwarna hitam. Kontaminasi tersebut dapat terjadi dikarenakan kurang sterilnya tempat atau alat dan pada saat proses penanaman terdapat spora asing yang ikut masuk atau menempel pada medium pada saat proses penanaman berlangsung.
-       Pada Saccharomyces cerevisiae kelompok 5, tampak adanya titik-titik putih yang menunjukkan alur pertumbuhan
-       Pada Saccharomyces cerevisiae kelompok 6, alur pertumbuhan juga nampak jelas. Namun, di tepi-tepi nampak adanya kontaminasi berupa benang-benang.
Setelah dilakukan pengamatan, langkah selanjutnya yaitu melakukan pewarnaan pada jamur Candida albicans dan Saccharomyces cerevisiae. Sedangkan pada Aspergillus flavus hanya dilakukan penanamn slide kultur.
Disiapkan sebuah cawan Petri steril yang di dalamnya diberi kertas saring steril yang dipotong bundar dan telah dilembabkan dengan menggunakan akuades steril untuk menjaga kelembaban kultur dalam cawan Petri. Pada cawan Petri tersebut disimpantusuk gigi penahan, dan di atas batang penahan tersebut diletakkan sebuah objek gelas steril beserta penutupnya. Ambil sedikit koloni pada petridish dengan menggunakan ose dan oleskan pada gelas objek. Kemudian, fungi diinkubasi pada keempat blok agar dan ditutup oleh gelas penutup steril Setelah beberapa hari diinkubasi dalam suhu kamar, sllide dapat diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran rendah sampai tinggi, lalu diidentifikasi.
Hasil pengamatan slide kultur jamur Aspergillus flavus pada kelompok 1 menunjukkan adanya konidiofor tak berwarna dari jamur. Selain itu, juga kasar dan bagian atas agak membulat serta konidia kasar dengan bermacam-macam warna. Begitu pula pada hasil pengamatan kelompok 2 dengan jamur yang sama, menunjukkan hasil bahwakonidiofor dari jamur tak berwarna, kasar, bagian atas agak membulat serta konidia kasar dengan bermacam-macam warna.
Selanjutnya, untuk pewarnaan jamur Candida albicans dan Saccharomyces cerevisiae dilakukan dalam beberapa tahap. Langkah pertama yaitu mengambil satu ose biakan jamur yang ada di medium cawan petri dan diratakan di atas kaca benda. Kemudian dikering anginkan dan difiksasi dengan Bunsen. Hal ini bertujuan agar biakan jamur melekat pada preparat. Langkah selanjutnya yaitu menetesi kaca benda dengan larutan cat anylin crystal violet. Larutan ini memberikan warna ungu. Kemudian memanaskan kaca benda yg telah ditetesi larutan tersebut diatas Bunsen. Setelah itu dicuci dengan air mengalir. Kemudian ditambahkan lagi dengan larutan cat safranin dan biarkan hingga 10-15 detik. Lalu kembali dicuci dengan air mengalir. Pencucian dengan air ini untuk menghilangkan kelebihan larutan yang tidak dapat diserap oleh biakan jamur. kemudian, biakan jamur yang telah diwarnai tersebut diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan dari kelompok 3 dengan menggunakan jamur Candida albicans, menunjukkan bahwa biakan Candida albicans berwarna bulat merah agak lonjong dan antara sel jamur yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan hingga membentuk seperti untaian. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana menyebutkan bahwa Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya  untuk  tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang  menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Sedangkan hasil pengamatan dari kelompok 4 menunjukkan bahwa Candida albicans mempunyai morfologi bulat lonjong dan berwarna merah dan juga antara sel jamur yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan hingga membentuk seperti untaian.
Berdasarkan hasil pengamatan dari kelompok 5 dengan menggunakan jamur Saccharomyces cereviseae, menunjukkan bahwa tampak morfologi Saccharomyces cereviceae berwarna merah karena pewarnaan dan bulat agak lonjong dengan pertumbuhan sel yang membentuk koloni atau menyendiri. Bentuk khamir dapat sperikal sampai ovoid, kadang dapat membentuk miselium semu. Sedangkan hasil pengamatan dari kelompok 6 dengan jamur yang sama menunjukkan hasil yaitu fungi menjadi berwarna merah dan tampak morfologi jamur yang bulat dan agak lonjong membentuk koloni atau menyendiri. Saccharomyces cereviceae  termasuk dalam golongan fungi yang dibedakan bentuknya dari mould (kapang) karena berbentuk uniseluler. Yeast adalah salah satu mikroorganisme yang termasuk dalam golongan fungi yang dibedakan bentuknya dari mould (kapang) karena berbentuk uniseluler. Reproduksi vegetatif pada khamir terutama dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal yeast tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibanding dengan mould yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Yeast sangat mudah dibedakan dengan mikroorganisme yang lain misalnya dengan bakteri, yeast mempunyai ukuran sel yang lebih besar dan morfologi yang berbeda. Sedangkan dengan protozoa, yeast mempunyai dinding sel yang lebih kuat serta tidak melakukan fotosintesis bila dibandingkan dengan ganggang atau algae. Dibandingkan dengan kapang dalam pemecahan bahan komponen kimia yeast lebih efektif memecahnya dan lebih luas permukaan serta volume hasilnya lebih banyak.

VII.KESIMPULAN
1.      Pengamatan mikroskopis pada :
-          Aspergillus flavus : terlihat garis garis zig-zag hijau yang menunjukkan alur pertumbuhan fungi dan beraturan setelah dilakukan penanaman kultur terlihat bahwa terdapat koloni spora  dan miselium seperti yang di ketahui bahwa diketahui jamur ini memilki warna koloni corak kuning hijau atau kuning abu-abu
-          Candida albicans : biakan jamur Candida albicans berwarna putih dan adanya kontaminasi. Hal ini di ketahui dari adanya koloni berwarna hitam bulat besar di bagian samping koloni , kontaminasi ini dapat terjadi dikarenakan kurang sterilnya tempat atau alat dan pada saat proses penanaman
-          Saccharomyces cereviceae : Terlihat titik titik putih yang menunjukkan alur pertumbuhan dari jamur dan terdapat kontaminasi dengan adanya bercak hitam kecil di antara koloni jamur. Kontaminasi ini dapat terjadi dikarenakan kurang sterilnya tempat atau alat dan pada saat proses penanaman terdapat spora asing yang ikut masuk atau menempel pada medium pada saat proses penanaman berlangsung.

2.      Pengamatn mikroskopis pada jamur
-          Aspergillus flavus : konidiofor dari jamur tak berwarna, kasar, bagian atas agak membulat serta konidia kasar dengan bermacam-macam warna.
-          Candida albicans : berwarna bulat merah agak lonjong dan antara sel jmaur yang satu dan yang lainnya saling berhubungan hingga membentuk seperti untaian.
-          Saccharomyces cereviceae : tampak morfologi fungi yang bulat dan agak lonjong membentuk koloni atau menyendiri.



DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia : Jakarta.
Tim Dosen Mikologi. 2011. Petunjuk Praktikum Mikologi. Jember : Universitas Jember.
Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Wesky- Publishing Company. New York